Mencari Apa

Gegap gempita tahun baru sudah berlalu seminggu yang lalu. Saat ini kita kembali menatap minggu yang berulang. Bersama angin, bersama hujan.
Bagaimana dalam setiap minggu kita melewati hari yang sama, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu.
Apa yang berbeda?

Setiap kita memiliki ruh, jiwa dan batin.
Ruh yang akan membuat kita selalu hidup, bersama nafas ini di kehidupan.
Jiwa yang akan membuat kita selalu passionate. Sesuatu yang dapat lebih menghidupkan kehidupan. Karena nyatanya mereka yang memiliki ruh namun jiwanya tak sehat, tidak dapat lebih menghidupi hidupnya.
Dan,
Batin yang senantiasa merekam jejak kehidupan kita. Pengalaman masa kecil, pendidikan di sekolah, pengalaman sehari-hari, relasi dengan sesama yang saling dipengaruhi dan mempengaruhi. Tentunya batin ini ada dua jenis, yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari yang biasanya disimpan di dalam otak bawah sadar.

Ketiga komponen tersebut adalah sesuatu yang penting bagi kita untuk menjalani kehidupan ini.
Ketiga harus saling melengkapi.

Nah, di tahun baru ini seharusnya jangan hanya impian dan resolusi saya yang di-upgrade.
Tapi seharusnya diri juga. Diri yang mengcakup ruh, jiwa, batin.
Maka saya lebih sepakat untuk tidak melakukan resolusi apa-apa di tahun ini, melainkan refleksi diri.

Sebuah renungan.
Bahwa pada akhirnya waktu akan mengantarkan saya pada suatu masa.
Masa yang mungkin tak berjeda. Masa yang sepi.

Seberapa siapkah saya untuk datang kepada masa itu?
Itu pertanyaan mendasar yang mengitari benak saya di beberapa minggu menjelang akhir tahun.

Perjalanan yang ramai dan gagap gempita aksesnya akan selalu mudah digapai,
namun perjalanan yang sepi akan sulit dan sunyi. Hanya ada saya dan keyakinan saya terhadap tujuan itu. Selebihnya tak ada siapa pun.

Dalam hening saya mempertanyakan keyakinan saya, berulang kali.
Tentang hidup, tujuan dan pengembaraan jiwa.