Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sahabat

Normal Baru

Seorang sahabat datang mengeluh. Tentang cita-citanya yang tak kunjung utuh. Lalu kutanya: "memang apa cita-citamu?" Dia jawab, menikah.  Kutanya lagi. "Lantas, setelah menikah, apa cita-citamu?" Sederhana saja: ingin punya anak. Supaya dapat melanjutkan keturunan? "Bisa jadi," ujarnya.   Atau sekadar punya foto keluarga lebih utuh: ada ayah, ibu, dan anak. Setidaknya menurut versi orang kebanyakan.  Dia bilang, orang-orang di kampungnya menikah di awal usia 20-an. Dia kini berusia kepala 3. Sejawat ibunya kerap bertanya, kapan dia bercucu.  Aku kembali menegaskan, "apakah itu berarti cita-citamu adalah terlihat normal?"  Seperti orang kebanyakan. Tumbuh besar, menikah, punya anak, menghadiri wisuda, mengadakan pesta pernikahan dan mengundang tetangga hingga kolega. Syukur-syukur hidup sampai tua melihat cucu.  Dia jawab lagi, "bisa jadi." Melihat saja. Bukan merawat. Semoga si anak kelak bukan menjadi orang tua kelas pekerja kebanyakan...

Cerita Ombak dan Kaki

Gambar
sumber gambar: http://goo.gl/jvjhDB Mungkin kita terlalu lama dekat, sehingga aku merasa bahwa nafasmu adalah bagian dari hidupku. Seperti merasa separuh bagian, kemudian menyatu dan saling berbagi kehidupan. Tapi semenjak kamu mengenalnya, nafasmu menjadi hal yang asing. Tidak dapat aku hirup dan menyegarkan ronggaku. Kamu seperti seseorang yang terbawa, oleh riak-riak ombak yang sedianya hanya menyentuh kaki liarmu, yang tanpa lelah terus mencari tempat singgah. Namun rupanya, di sana, di laut itu, kamu justru berlabuh. Laut yang sangat luas, dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. Kamu berlabuh di tengah laut, bukan di pantai seperti orang-orang kebanyakan. Aku mengenalmu, jauh sebelum dia mengenalmu, tapi mungkin intensitas kita tidak sebanyak intensitasnya bertemu denganmu. Kamu menjadi lebih dekat dengannya, dan menjaga jarak dengan orang-orang yang sudah lebih lama mengenalmu. Mungkin ada hal-hal yang tidak dapat aku definisikan dan hanya kamu yang menger...