Makna Egois

Apa yang kamu pahami tentang ego diri?
Banyak yang mengatakan kamu egois, tapi tak banyak makna yang kau pahami mengenai egoisme.

Sebagai makhluk sosial, keterkaitan kita dengan sesama manusia merupakan hal yang tak terhindarkan. Ada banyak persepsi orang lain mengenai diri kita yang kemudian muncul. Termasuk kata: egois.

Kita tidak terlalu banyak mengerti mengenai arti kata tersebut, sampai akhirnya orang mengatakan kita mementingkan kepentingan diri sendiri. Adakah orang yang benar-benar mementingkan kepentingan diri sendiri secara mutlak?

Coba kita uraikan sedikit demi sedikit.
Pertama, sebagai makhluk sosial kita terikat ke dalam relasi sosial. Sebagai anak, sebagai mahasiswa, sebagai pekerja, sebagai organisatoris, sebagai kekasih dan lain sebagainya.

Kedua, sebagai makhluk sosial kita terlibat ke dalam interaksi sosial tersebut, sesuai dengan peran kita, baik sebagai anak, berinteraksi dengan orang tua, sebagai mahasiswa dengan tugas dan dosen, sebagai pekerja dengan atasan dan setumpuk pekerjaan yang membuahkan pendapatan yang pada akhirnya membuat kita meringankan pengeluaran orang tua. :P

Ketiga, sebagai makhluk sosial kita memang membutuhkan keterasingan untuk dapat menemukan inti diri. Tapi tentu saja keterasingan kita pun berkat ketiadaan orang lain. Artinya ketika orang lain tidak ada, kita bisa menemukan diri kita. Orang lain masih menjadi peran yang berarti untuk menemukan diri kita.

Oke sedikit ngelantur, tapi saya ingin mengatakan bahwa kita tidak benar-benar egois.

Karena setiap apa yang kita lakukan tentu saja berimplikasi terhadap orang disekitar kita.

Misalnya:
Ada salah satu sahabat saya yang menunda pernikahannya, meski kekasihnya (perempuan) menagih janji pernikahan. Tapi apakah lantas si sahabat saya yang demi terobsesi pada kesejahteraan warga daerahnya, sehingga mengesampingkan pernikahannya, bisa kita katakan egois?

Lalu, ketika kita mengabaikan permintaan orang tua untuk lulus tepat waktu karena mengemban amanat organisasi dan kita dikatakan egois? Padahal kita sedang tidak egois untuk organisasi kita.

Kemudian, ketika kita meninggalkan organisasi untuk kepentingan mencari penghidupan karena tidak lagi dibiayai oleh orang tua menjadi ego diri karena tidak mau mengabdi pada organisasi? Padahal justru kita sedang tidak egois terhadap orang tua kita.

Hidup ini semakin aneh, dengan persepsi-persepsi banyak orang tentang diri kita. Semakin kita mengikuti persepsi mereka, semakin kita tersesat.

Jadilah nakhoda bagi kapalmu sendiri. Setiap orang memiliki kepentingannya masing-masing.
Dan kita perlu menghargai kepentingan setiap orang untuk menjalani hidupnya.

Apakah kekasihmu mengatakan kamu egois?
Atau justru kalau kamu ikuti keinginannya, bukankah dia yang egois?

Apakah organisasimu mengatakan kalau kamu egois?
Atau justru kalau kamu ikuti keinginannya, bukankah dia yang terlalu mengekang anggotanya sehingga tidak mampu berkembang lebih?

Apakah orang tuamu mengatakan kamu egois?
Atau justru kalau kamu ikuti kemauannya, bukankah dia yang tidak memberikan ruang gerak lebih pada anaknya untuk berkarya?

Tentukan cap egoismu sekarang! Pilih yang menurutmu kamu layak berkorban di dalamnya.

Hehehe..
Kata ustadz sih, berkorbanlah tapi jangan jadi korban. Itu yang saya selalu ingat!
Apakah saya egois? Mungkin iya, setidaknya menurut kekasih saya.
*wink





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi