Manusia, Materi dan Kesementaraan

Sumber Gambar: http://goo.gl/7vliJ7
Hidup di era matrealistik membuatku semakin sadar bahwa kita kini hidup berkelindan dengan benda. Hidup kita dikelilingi dengan benda. Seringkali benda-benda tersebut kita beli bukan karena fungsinya. Benda telah mewujud melampaui dari fungsinya. Benda mencengkram kita bukan karena ketergantungan kita akan fungsinya. Benda telah semakin menorehkan dampak psikologis, kita semakin menjalin hubungan yang erat dengan benda. Begitu intim. Sekali lagi bukan karena fungsinya. Tapi benda mempengaruhi kesadaran berpikir kita. Ia dengan cepatnya memegang peranan yang sangat penting dalam struktur kehidupan kita. 
Tapi meski demikian eratnya ketergantungan kita dengan benda, relasi kita semakin hari menjadi kian sementara. Coba kita ingat-ingat lagi berapa sering kita membeli pakaian, dan berapa sering kita mengganti barang-barang yang baru saja kita beli beberapa bulan sebelumnya, berapa sering kita membeli sepatu untuk mengikuti gaya terkini. Bahkan handphone, motor, mobil dan alat-alat elektronik yang kita beli tidak terlepas dari pertimbangan resale valuenya. 

Mempertimbangkan resale value membuktikan bahwa kita berniat melepas benda yang mungkin saat kita menginginkannya kita perlu berjuang dengan keras. Hubungan kita dengan benda menjadi sangat begitu sementara. 
Faktor lain yang membuat hubungan kita dengan benda adalah gaya hidup instan dan praktis. Kita semakin menjadi manusia ‘beli-pakai-buang’. Mentalitas serba membuang ini menciptakan banyak perubahan nilai kepemilikan. Benda-benda dapat kita buang dengan mudah. Kita tidak terikat dengan benda seperti zaman nenek kakek kita dulu, memiliki kendaraan bermotor yang sama hingga mereka mati. Tapi tidak terjadi pada kita. Benda-benda memiliki kebersamaan yang singkat dengan manusia zaman sekarang. Keluar masuk silih berganti dengan frekuensi yang tinggi. 

Kita benar-benar hidup di era kesementaraan. Begitu pun ekonomi kita. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kesementaraan, bukan keawetan. Selama kuliah saya membeli dua printer, menjelang lulus kedua printer tersebut tidak berguna sama sekali, bukan karena saya tidak ingin memakainya, printer tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Dalam durasi 2 tahun pun saya perlu mengganti catridge-catridge yang macet setiap sebulan/ dua bulan sekali. Saya harus membeli catridge baru jika ingin hasil print bagus dan bersih. Begitulah contoh kongritnya ekonomi ditopang dan bertumbuh karena konsumsi kita meningkat. Perusahan pembuat printer mengambil keuntungan yang besar dalam pembuatan catridge-nya bukan printer-nya. 
Benda lainnya, seperti mobil, 3-5 tahun orang-orang mengganti kendaraan mereka. Tentu dengan dorongan tim sales dan marketing yang memberikan input bahwa kendaraan model terbaru lebih memiliki fitur yang terbaru. Sama halnya dengan handphone, berapa kali kita mengganti handphone? Atau berapa banyak kita mempunyai handphone? 

Ekonomi benar-benar bergerak di sana. Tengok saja berapa banyak ibu-ibu yang setia pada popok kain? Mereka lebih menyukai popok sekali pakai yang dapat mereka buang setelah terisi penuh oleh air pipis bayi mereka. Lebih praktis di tengah produktivitas hidup mereka yang semakin menyempitkan waktu mereka. Sekali lagi ekonomi berkembang di sana. Setelah membuang, ibu-ibu akan membelinya lagi. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi seringkali menyedihkan dan menyesakkan dada. 
Begitu pula dengan gadget, teknologi yang selalu bergerak, berubah-ubah demi menjalankan proses penyempurnaan.  Hal tersebut membuat kita terikat dalam waktu singkat dengan benda-benda teknologi tersebut. Atas nama penyempurnaan kita membuang benda yang kita anggap belum sempurna dengan benda yang selangkah lebih maju. 

Betapa pun kita menyukai keawetan, kita akan sulit menghadapi era yang serba sementara ini. Karena kita menghadapi dunia yang cepat berubah. Perubahan bergerak dengan sangat cepat. Dan perubahan tersebut, semakin lama semakin menyentuh lini masyarakat terdalam. . 
Perubahan dalam era kesementaraan kerap disodorkan oleh konsep keusangan terencana. kita menganggap benda-benda tersebut usang bukan karena benda tersebut tidak dapat berkerja sesuai dengan fungsinya. Siapa yang merencanakan? Para produsen! Mereka merencanakan keusangan dan menyebutnya sebagai mode.

Keusangan telah menemukan definisi barunya. Jika dulu keusangan berarti produk tidak dapat digunakan kembali karena telah rusak atau tidak dapat memenuhi fungsinya lagi dan jika ada produk baru yang memasuki pasar sehingga lebih dapat menjalan fungsi lebih efektif daripada produk lama. Sekarang definisi usang menjadi kebutuhan konsumen berubah dan fungsi produk juga berubah. Semakin cepat perubahan masyarakat semakin sementara sifat kebutuhannya.**

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi