OPTIMIS

Aku merasa lebih tenang saat ini. Meski kidung kepenatan membuat keletihan senantiasa menari-nari. 

Aku merasa hidupku lebih damai saat ini. Meski aku harus membayarnya dengan pergolakan batin yang menjadikan perih berubah indah. 

Aku merasa lebih memahami arti saat ini. Meski awalnya aku merasa menipu diri. Aku merasa diriku lebih berarti saat ini. Meski awalnya aku merasa terbebani. 

Aku merasa hidupku lebih berarti saat ini. Meski awalnya aku merasa hidup hanyalah permainan waktu. 

Aku merasa ada daya untuk bangkit saat ini. Meski awalnya bagiku membuka mata untuk melihat kenyataan sulit. 

Aku merasa ketiadaan merupakan keberadaan yang tertunda saat ini. Meski awalnya aku merasa semua tak berpihak kepadaku. 

Aku merasa kehidupan memberiku harapan untuk menggapai impianku saat ini. Meski awalnya untuk sekadar berkhayal pun aku takut. 

Aku merasa bisa sedikit bersahabat dengan waktu saat ini. Meski awalnya aku merasa ia selalu hendak meninggalkanku jauh di belakangnya. 

Aku merasa kanvas jiwaku tak lagi memudar saat ini. Meski awalnya aku seperti orang yang buta warna. 

Aku merasa dawai jiwaku tak lagi mengalunkan nada sendu saat ini. Meski awalnya aku buta pada tiap petikan keceriaan. 

Aku merasa mulai dapat mempercayai adanya ikatan yang bisa dijalin kembali saat ini. Meski awalnya ia hanya dirajut dengan benang yang rapuh dan terbentang jarak. 

Aku merasa menjadi diriku seutuhnya saat ini. Meski awalnya aku bahkan tidak mengenalinya. 

Aku merasa kenangan itu kembali membuatku tersenyum saat ini. Meski awalnya ia sangat menyakitkan untuk diingat. 

Aku merasa mulai bisa menyapa kerasnya hidup saat ini. Meski awalnya kenyamanan hidup selalu membelaiku. 

Aku merasa dapat menjadi sedikit lebih bijak saat ini. Meski awalnya aku merasa diriku munafik. 

Aku mulai menyusun puzzle hidupku saat ini. Meski awalnya mengumpulkan kepingannya merupakan hal paling rumit selama perjalanannya. 

Aku merasa harus tetap melaju di atas jalan-Nya yang lurus. Meski awalnya aku lebih sering mencuat. 

Aku merasa rengkuhan-Nya senantiasa membuatku tegar. Meski awalnya untuk mengadu pun aku malu. 

Aku merasa teguran-Nya merupakan sapaan hangat meneduhkan bagai desiran angin di pantai. Meski awalnya aku merasa membuat-Nya marah. 

Semoga apa yang kurasakan bukan hanya untuk saat ini. Karena aku ingin hidup lebih lama lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi