Kenangan di Gontor, Tempat Tak Berjeda


Aku adalah jenis manusia yang kerap terjebak pada suatu ruang kosong bernama kenangan. Kenangan itu seperti ruang kosong yang dingin. Jika kamu mengenang, kamu akan merasakan dingin disekujur tubuhmu. Karena apa yang dapat kamu lihat adalah gambar dalam ingatan, tanpa bisa disentuh, tanpa bisa diraba. Tapi begitulah kenangan. Ia memang diciptakan seperti itu untuk membuat kita merasakan haru birunya.

Aku merasakan kenangan itu, kenangan 5 tahun aku berada di dalam sebuah tempat tak berjeda. Tempat yang dulu pernah aku kutuk karena telah memisahkanku dengan orang-orang terdekatku. Tapi aku lupa bahwa saat itu justru adalah saat di mana aku belajar menemukan siapa diriku sebenarnya. Pekerja keraskah, atau si pemalas? 

Jari ini tidak pernah bosan untuk sesekali melihat folder foto dan gambar ketika aku berada di sana. Sebuah tempat yang sangat berkesan di seluruh sejarah hidupku. Sebuah tempat yang, tak dapat aku utarakan dengan kata. Karena semua perasaan telah tercampur di sana. Sedih, bahagia, kesal, jenuh. Aku menghidupkan diriku di sana dengan suatu asa, bahwa aku akan pulang dengan kebanggaan itu. Kebanggaan untuk ayahku yang berkorban banyak untuk menitipkanku di sana demi menjadi seseorang. 

Tempat Tak Berjeda, Tampak dari Atas

Gambar itu, gambar yang kamu lihat di atas membawaku pada tiap derap langkah yang membawaku setiap harinya. Ke kamar mandi, ke dapur, ke masjid, ke kelas, bahkan ke tempat penegak peraturan. Semua semburat memori membuat neuron di dalam sel otakku kembali bekerja dengan begitu cepat. Aku begitu hidup dalam kenangan. Ilusi tentang kebersamaan, kekeluargaan, kekompakan, bersatu di dalam benak. Aku seperti hidup di sana lagi. 

Di sana aku diajarkan untuk selalu bertanggung jawab atas segala keputusan yang kuambil. Aku belajar untuk memetakan arah hidupku. Tapi tahukan kamu, teman? Bahwa ketika aku keluar sekarang, aku baru menyadari betapa tempat tak berjeda itu seperti miniatur kehidupan. Aku merasakannya sekarang.
Aku dulu pernah menjadi kepala bagian penggerak diskusi ilmiah dan penerbitan, dan sekarang aku bergabung dalam kajian diskusi bersama teman-teman dan dosen-dosen. 

Aku juga pernah menjadi pengelola majalah baik dinding maupun cetak, dan sekarang, ilmu jurnalistik itu kembali aku gunakan dalam peliputan pemilukada DKI 1 2012 yang sangat mencuri perhatian publik.

Aku juga dulu pernah begitu sok hi-tech nya terhadap teknologi dengan menjadi staff lab internet saat ada tempat tak berjeda itu menjadi tuan rumah perhelatan jambore nasional. Dan sekarang aku dijadikan assisten admin untuk mengelola situs jejaring sosial untuk komunitas pecinta lingkungan pertama di dunia, Greenweb.

Di sana benar-benar miniatur kehidupan yang begitu kompleks. Banyak yang keluar karena berprasangka buruk. Kita memang perlu menggunakan daya kritis untuk tetap menjadi manusia. Tapi untuk mengkritisi perlu waktu dan perlu menelaah lebih jauh. Dan aku melakukan itu. 

Tapi di tulisan ini yang ingin aku tonjolkan hanyalah hal positifnya. Karena aku percaya perkataan ‘Think possitive, and the possitive thing will coma to you’. Kenangan itu begitu berbekas dan ketika tulisan ini selesai aku rampungkan, aku masih terus mengenangnya. Mengenang kebersamaan itu. 

Kenangan itu membuatku percaya, bahwa setiap saat adalah kenangan yang akan menorehkan suatu warna di atas kanvas jiwamu. Setiap pijakan adalah langkah yang akan mengantarkan kita pada tujuan. Maka, tetapkan lah tujuanmu. Dan di sana kamu akan merasakan manisnya mengenang, meski kenangan itu pedih dan pilu adanya. Karena posisi kita yang berada di tujuan dan hasil akhirlah yang membuat kita menikmati kenangan itu. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi