Menonton Film Animasi Kimi no Na Wa (Your Name)



Sebagai penonton film action hollywood, saya tak terbiasa menonton dengan sabar. Kebanyakan adegan di film action selalu tersaji dengan cepat, layaknya makanan di mekdi. Tapi, akhir pekan ini saya penasaran dengan satu film animasi yang dapat rating tinggi di IMDb. Film animasi Jepang itu berjudul Kimi no Na Wa (Your Name).

Pak Suami sebagai wota penggemar anime Jepang sejak zaman orde baru, senang kalau istrinya mulai melirik animasi Jepang. Maklum, dari zaman patjaran dia sudah nyekokin beberapa film Jepang mulai dari serial macem Tokyo Love Story sampai One Piece the Movie. :p Tapi semuanya mental. Saya bukan tipe orang yang suka nonton film berseri. Makanya saat demam drama Korea melanda saya tak terjangkit. Saya masih sehat alhamdulillah.

Satu-satunya, film animasi Jepang yang saya tonton itu cuma Detektif Conan. Menurut Pak Suami, walau alur cerita Detektif Conan bagus, sejatinya film bikinan Yasuichiro Yamamoto itu berkualitas rendah dibanding animasi Jepang lain. Sebab, cerita Detektif Conan masih terasa film cepat saji. Film animasi Jepang lainnya lebih bagus karena tidak bisa dicerna sekaligus. Ibarat menyantap makanan slow cooking yang bahkan harus mulai dari nanam benih dulu di pekarangan belakang rumah. Semua tersaji secara perlahan, ada banyak clue yang gak boleh terlewat. Dialog demi dialog, fragmen demi fragmen. Meh!

Nah, setelah nonton Kimi no Na Wa saya mulai dapat hidayah. Saya mulai merasa, wah film Jepang keren, ya. 



sumber gambar: myanimelist
"Ke mana aja lo? Bahkan di One Piece itu ada satu adegan yang ternyata nyambung dengan adegan episode empat tahun lalu, baru jelas sekarang," Pak Suami mulai berkhotbah. :p

Menurut saya, film ini punya penyajian cerita yang tak dimiliki oleh film hollywood. Awal cerita memang terkesan biasa saja, bahkan bikin orang malas nonton karena terlalu gak jelas. Semacam memberi clue tapi membuat penonton susah mencerna. Tapi, beberapa menit kemudian, kisahnya baru tergambar, ini maksudnya menceritakan tentang apa.

Ternyata film yang ditulis oleh Makoto Shinkai ini menceritakan dua orang yang saling bertukar tempat dan peran. Dalam satu minggu bisa dua sampai tiga kali, Mitsuha (pemeran cewe tinggal di desa Itomori) menjalani hidup menjadi Taki (Pemeran cowo tinggal di Tokyo). Jiwa Mitsuha mengisi raga Taki, begitu pun sebaliknya. Gara-gara itu mereka sering dianggap aneh oleh teman-temannya. Sebab, saat bertukar peran mereka bertingkah tak biasa. Mereka amnesia, tak ingat duduk di bangku mana saat masuk sekolah, tak ingat nama orang-orang di sekelilingnya/ teman dekat, bahkan mereka tak ingat nama mereka sendiri.

Setelah mereka kembali ke raga masing-masing, seolah kejadian itu seperti mimpi. Semua serba tak jelas. Yang nyata hanya teman-teman mereka bercerita bahwa kemarin mereka bertingkah aneh. Setelah kejadian ini berulang, Mitsuha dan Taki baru sadar, bahwa mereka bertukar peran dan tempat. Untuk menjaganya tetap normal mereka saling menulis jurnal di ponsel. Cerita tentang kejadian saat mereka bertukar peran agar mereka sama-sama tahu dan tak saling lupa. Walau tetap dianggap aneh karena Mitsuha jadi tomboy dan Taki jadi kelihatan feminim, tapi toh cara ini  jadi satu sarana komunikasi yang efektif.

Sampai suatu pagi, mereka tak saling bertukar peran lagi. Sampai beberapa minggu mereka tak bertukar peran. Taki pun penarasan dan mencari tahu apa yang terjadi. Tapi, tak ingat apa pun. Nama desa tempat Mitsuha bahkan nama Mitsuha pun dia lupa. Dia hanya ingat pemandangan yang dia lalui saat berangkat ke sekolah. Dia pun mulai menggambarnya. Berbekal gambar itu dia berangkat ke, mana ya, Taki sebenarnya gak tahu. Asal berangkat saja.

Sebagaimana film Jepang lain, film ini sarat unsur persahabatan, Taki pun ditemani dua orang temannya. Mereka pun tahu nama desa itu adalah Itomori dari salah satu pemilik warung makan yang mereka singgahi. Tapi ternyata, Itomori hancur kena meteor tiga tahun lalu. Jreng jreng.. Ingin tahu kelanjutannya? Saya capek spoiler terus di sini. Intinya, animasi Jepang walau fantasi tapi touching banget sarat unsur humanisme, kebudayaan, mitos dan kepercayaan. Beda dengan film hollywood yang sangat scientific. Tonton, ya! Rekomendet bangets. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi