Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2010

Meraba

Gambar
Mengulas kembali sedikit waktu yang pernah berarti di antara kita, meski tanpa kata. Aku tahu kata tak pernah berarti banyak untukmu. Namun bagiku. Kata adalah segalanya. Kata-kata adalah formulaku untuk mengungkapkan perasaan ini. Namun perasaan yang belum terindera ini selalu sulit menemukan alirannya dalam sungai kata. Tidak ada kata yang dapat mewakilinya. Hanya hilang dalam bungkam. Maafkan jika mungkin kau terlalu lama menunggu. Terlalu lama aku bungkam. Diam tanpa kata. Membuat area abu-abu di antara kita. Kata-kata hanyalah pra-teks. Dan aspek simpatilah yang dapat menarik hati satu orang kepada orang lain. Aku mencoba memulainya dengan simpati. Bantu aku. Untuk dapat membawa aliran perasaan ini agar bisa terindera olehmu dan olehku. Oleh kita. Untuk semua kata yang tak terucap dan untuk semua rasa yang belum terindera, aku meminta maaf.

Coret-Coret ga Jelas

Gambar
Akhirnya angan-angan itu membeku, berakhir dengan slide berwarna abu-abu. Tampak pendar dan tidak jelas. Kenapa aku dulu lebih suka memanjakan diri bersama keangkuhan jiwa, hanya untuk kembali ke dunia sepi ini. Dengan tanda-tanda dingin. Bekunya jwa dan hati yang mengkristal. Kenapa begini. Tak dapat kupahami diri. Menjadi fahis sepanjang masa, meniris cahaya yang menyapa, menjadikannya secuil zat yang tak berguna. Terlalu nyaman berlama-lama dalam gelap. Dalam gelap. Sendiri mengukung diri dalam angkuhku. Mendekap lisan agar tidak terucap. Menutup telinga agar tidak mendengar. Berdiri dengan sombongnya, ingin segera mendengar bongkahan itu runtuh, merobek jiwa. Meski melukainya, meski harus membelah sukma. Karena yang ada kini hanyalah buram, sepertinya ada yang hilang tanpa kutahu apa yang harus kucari. Hilang melayang ke awang-awang. Haruskah aku meraih apa yang telah mati atau mematikan apa yang sudah aku raih? Hanya agar aku bisa kembali seperti dulu, berkata sepenuh hati dan seg...