Mudik Virtual

Virus Corona memaksa kita berdiam diri di rumah. Bahkan di saat lebaran. Tak ada mudik, tak ada kunjungan ke rumah sanak saudara, bahkan ke rumah orang tua sendiri. 

Padahal, mudik adalah satu-satunya cara kita merawat akar. Memupuk bibit yang mungkin tidak tumbuh di daerah asal. Sejauh apapun buah kita berhasil diekspor, tanaman harus tetap melekat pada akarnya. 

Kita tahan semua rindu demi kebaikan dan keberlangsungan spesies manusia. Kalau tujuan itu terlalu dianggap utopis, yha seenggaknya demi kebaikan keluarga sendiri: orang tua, anak, suami, istri. Masa ndak mau hidup lebih lama bareng mereka? 

Per tanggal 23 Mei, ada 21.745 orang positif. Dua hari terakhir penambahan jumlah kasus baru tak main-main, 949 orang! Apa sebabnya? Entah! Bisa jadi, karena beli sayuran di pasar. Atau, sesimpel beli takjil di pinggir jalan. 


Makanya, mudik ke lokasi yang memakan waktu tempuh 40 menit pun tidak kami lakukan. Sebab, tempat tinggal kami zona merah, begitu juga status zona tujuan mudik. Entah kami bisa menulari, atau mungkin sama-sama tertular. Mudik virtual sementara, atau terpisah selamanya. 
ilustrasi bikin di Canva
                                   
Virtual memang sesuatu yang nyata tapi tidak konkret. Tapi, perlu diketahui nomina ‘virtual’ berasal dari bahasa latin virtus, yang berarti kekuatan atau ketahanan. Pada masa abad pertengahan, virtus berubah menjadi virtualis dan dipahami sebagai kata ‘kebaikan’. Arti ‘kebaikan’ ini kemudian diterjemahkan menjadi ‘hampir demikian’ atau ‘hampir berada di sana’.  Virtual pun dianggap sebagai simulasi: nyata tanpa dianggap menjadi aktual. 

Kita seperti mudik dan bisa menatap muka orang tua dan saudara kita, tapi tidak benar-benar melakukan perjalanan panjang untuk sampai ke rumah mereka. Betapapun berbedanya hari raya kali ini, semoga tak berkurang hikmatnya. Seperti saya yang mencoba keras untuk membuat hari raya kali ini terasa mirip saat masih ada Ibu saya 😊. Saya masak makanan yang biasa beliau masak, dan beli makanan spesial lebaran yang biasa beliau buat, karena saya ndak bisa buatnya, hehe.. 

Selamat mudik (virtual). Semoga kita semua senantiasa sehat dan bisa kembali berkumpul dalam keadaan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi