Ibu yang Tabah
๐๐ฏ๐ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ง๐ฎ๐ฏ๐ฎ๐ต - ๐ฑ๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐๐ (2002)
Ibu itu mengasuh anak-anaknya sendirian sejak suaminya dipinjam negara untuk dijadikan kelinci dalam percobaan sistem keamanan.
Sampai sekarang belum dikembalikan, padahal suaminya itu sebenarnya cuma pemberani yang lugu dan kadang-kadang nekat.
Toh ibu itu tak pernah berhenti menunggu, meskipun menunggu adalah luka. Dan ia memang perkasa. Menghadapi anak-anaknya yang nakal dan sering menyusahkan, ia tak pernah kehilangan kesabaran.
Setiap subuh ibu itu memetik embun di daun-daun, menampungnya dalam gelas,
dan menghidangkannya kepada anak-anaknya sebelum mereka berangkat sekolah.
Malam hari diam-diam ia memeras airmata, menyimpannya dalam botol, dan meminumkannya kepada anak-anaknya bila mereka sakit.
Ia mendidik anak-anaknya untuk tidak cengeng. Ia paling tidak suka melihat orang mudah menangis.
๐ต๐๐๐ ๐๐๐๐-๐๐๐๐๐๐ฆ๐ ๐๐๐๐ก๐๐๐ฆ๐, โ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ผ๐๐ข ๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ?โ, ๐๐๐ค๐๐๐๐ฆ๐, โ๐ต๐๐๐ ๐๐ข๐ก๐๐๐ข๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก๐๐๐ข ๐๐ข๐๐ก โ๐๐๐ ๐ก๐ข๐. ๐ต๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ข ๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ง๐โ๐๐ข ๐๐๐๐๐๐ ๐ก๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก๐๐๐ข.โ
Sehari-hari ibu yang penyabar itu berjualan awalan ber- di sekolah partikelir yang hidup enggan mati tak mau. Sebagian besar muridnya bodoh dan berandal, tapi ya bagaimana lagi, mereka tetap harus dicintai. Ia rajin menasihati mereka agar tidak mudah putus asa, apalagi menangis, menghadapi kegagalan. โBerlatih gagal itu penting,โ pesannya berulang-ulang.
Tenaga dan waktunya praktis habis untuk urusan rumah dan pekerjaan sehingga ia kurang hiburan. Satu-satunya hiburan adalah menonton televisi yang sudah agak pucat gambarnya.
Dan ia penggemar televisi yang baik. Ia bisa sangat terharu menyaksikan kisah yang menyayat hati, misalnya kisah tentang pejuang yang digugurkan negara dan jenazahnya diselimuti kain bendera.
Anak-anak ikut trenyuh dan tersedu melihat ibu mereka diam-diam mengusap airmata. โJangan menangis!โ bentak ibu yang tabah itu tiba-tiba. โAku menangis hanya untuk menyenang-nyenangkan televisi. Mengerti?โ
Komentar
Posting Komentar