Ibu yang Tabah

𝗜𝗯𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗯𝗮𝗵 - 𝑱𝒐𝒌𝒐 𝑷𝒊𝒏𝒖𝒓𝒃𝒐 (2002)
 
Ibu itu mengasuh anak-anaknya sendirian sejak suaminya dipinjam negara untuk dijadikan kelinci dalam percobaan sistem keamanan. 

Sampai sekarang belum dikembalikan, padahal suaminya itu sebenarnya cuma pemberani yang lugu dan kadang-kadang nekat. 

Toh ibu itu tak pernah berhenti menunggu, meskipun menunggu adalah luka. Dan ia memang perkasa. Menghadapi anak-anaknya yang nakal dan sering menyusahkan, ia tak pernah kehilangan kesabaran.

Setiap subuh ibu itu memetik embun di daun-daun, menampungnya dalam gelas, 
dan menghidangkannya kepada anak-anaknya sebelum mereka berangkat sekolah. 

Malam hari diam-diam ia memeras airmata, menyimpannya dalam botol, dan meminumkannya kepada anak-anaknya bila mereka sakit.

Ia mendidik anak-anaknya untuk tidak cengeng. Ia paling tidak suka melihat orang mudah menangis.

𝐵𝑖𝑙𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑘-𝑎𝑛𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎, “𝑀𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑎 𝐼𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑖𝑠?”, 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑛𝑦𝑎, “𝐵𝑖𝑎𝑟 𝑘𝑢𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑎𝑖𝑟𝑚𝑎𝑡𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑢𝑎. 𝐵𝑖𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙, 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑎𝑧𝑎ℎ𝑘𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟𝑚𝑎𝑡𝑎𝑘𝑢.”

Sehari-hari ibu yang penyabar itu berjualan awalan ber- di sekolah partikelir yang hidup enggan mati tak mau. Sebagian besar muridnya bodoh dan berandal, tapi ya bagaimana lagi, mereka tetap harus dicintai. Ia rajin menasihati mereka agar tidak mudah putus asa, apalagi menangis, menghadapi kegagalan. “Berlatih gagal itu penting,” pesannya berulang-ulang.

Tenaga dan waktunya praktis habis untuk urusan rumah dan pekerjaan sehingga ia kurang hiburan. Satu-satunya hiburan adalah menonton televisi yang sudah agak pucat gambarnya. 

Dan ia penggemar televisi yang baik. Ia bisa sangat terharu menyaksikan kisah yang menyayat hati, misalnya kisah tentang pejuang yang digugurkan negara dan jenazahnya diselimuti kain bendera. 

Anak-anak ikut trenyuh dan tersedu melihat ibu mereka diam-diam mengusap airmata. “Jangan menangis!” bentak ibu yang tabah itu tiba-tiba. “Aku menangis hanya untuk menyenang-nyenangkan televisi. Mengerti?”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi