Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2009

Terbungkam oleh Jarak

Membiru di kalbu, Membuatnya kembali beku untuk sejenak Karena hidup akan selalu bergulir bersama hembusan angin Hidup akan selalu berngalir bagai air, Dan kaki harus siap untuk melangkah kembali Meski sulit untuk menaklukkan sang waktu, Seiring dengan gulirannya dia akan terobati. Aku akan selalu begini, Bergerak di atas puing-puing masa lalu Meski semu dan kini semakin memudar Ia menjadi selimut tebal hati rapuhku Dari dinginnya kenyataan yang memilukan Biarkan aku sejenak Meyakinkan kebimbangan Karena aku tidak dapat selalu mendengar ucapnya Karena aku tidak dapat melihat sorot matanya Karena aku tidak yakin akan hari esok bersama Itu semua karena aku sendiri di sini Dan ia diam membisu di sana

. . . . . . .

Dian, Saat engkau terbangun dari tidurmu, Dan kau mendapati betapa banyak dosa padamu Kau pun takutkan datangnya hari penentu Sungguh, Telah datang padamu ampunan Dan padamu pula nikmat akan ditambahkan Jangan berputus asa terhadap kasih Tuhanmu Dalam persoalan kenyangnya badan Dalam perut ibumu pun janin mampu bertahan Jika Dia hendak memanggangmu dalam neraka abadi Tentu tidak dihembuskan-Nya tauhid ke dalam hati. Menunda kerlipan dunia dari ambisi batan hari. Tidak mungkin aku gol. Itu tiupan lintang, gerak getar kecewa Harakah hambar Lepas saja got-got kecil Ada samudera untuk selam Berkuyup rahmat-Nya. Dian, mengapa masih saja terdera dan mendera jiwa dan ragamu Di seantero horisonpandanganmu sementara Dia gafurusyukur. Yang terpendam dalam timbunan terdalam benakmu Terpantau jelas dalam liputan-Nya terhadap makhluk dzikir dan lafal-lafal itu bertebaran Mengapa tak terpungut rapi? Khidmat merasuk.