Liburan Vs Kuliah


Seperti Quote yang sering terdengar di sana-sini, bahwa hidup adalah pilihan aku dan teman-temanku telah memilih untuk mengisi liburan dengan aktifitas baru yang tidak pernah terduga sebelumnya.

ceritanya...
Kami mulai jenuh dengan relasi antar teman di kelas yang berisikan individu yang itu-itu saja. Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini luas, teman. Sayang sekali kalau yang kita kenal hanya teman satu kelas, sukur-sukur kenal semua satu angkatan :P

Aku dengan kembali dengan niat awal di semester 1 untuk masuk ke sebuah komunitas yang peduli akan lingkungan, meski telat karena semester 1 baru berkenalan dengan manusia-manusia autis yang tergabung di RDK, 107.7 FM aku tetap bertekad (mungkin kesurupan arwah pejuang 45) bahwa aku harus ikut, dan menjadi bagian dari keluarga itu.

Tanpa sadar 3 orang temanku ada yang daftar juga, mereka adalah: Suci Rohmayni, Siti Rupaedah, dan Zahratul Allamah. Jadilah kami berempat mengikuti rangkaian proses pendidikan selama liburan. Haduuuhh.. mungkin teman-temin yang lainnya berlibur, bisa perawatan, perbaikan gizi mungkin juga hoho (dibuktikan dengan kesuburan mereka ketika masuk kelas).

Kembali ke topik.
Sepertinya tidak ada liburan untuk kami semester ini. Dimulai dengan materi kelas, praktek lapangan, hingga kegiatan HUT yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Aku senang bisa melakukan hal baru dengan orang yang baru. Meski kerap terbentur dengan waktu dan finansial. Tapi bukan masalah. Justru inilah pembelajaran baru, bahwa harus bisa mengatur semuanya.

Karena kita hidup sekali dan dunia ini begitu luas, setidaknya kita bisa mengenal lebih banyak orang lagi. Ibarat air yang diam menggenang, ia akan keruh dan air jika mengalir, ia akan jernih. Dan aku ingin selalu mengalir seperti air yang jernih. Bisa bertemu banyak orang. Bisa berbagi lebih banyak. Dan bisa menghilangkan kejenuhan.

Diantara 3 Praktek lapangan, praktek lapangan SAR yang takkan terlupakan. Bagaimana bisa, kalau kita terus menerus didera ketidaknyamanan, ketidakleluasaan, keterbatasan, dan tekanan dari sana-sini.
Banyak hal baru yang didapat. Dari wisata rohani hingga wisata kuliner ekstrim.
Makan nasi yang belum masak (hoho kompor yang bermasalah), makan nasi campur susu dan tanah (hueks), sampai puncaknya adalah makan cacing, kulit pisang, bunglon, hohoho tak terbayang sebelumnya. Unpredictable.

Sekali lagi hidup ini pilihan. Meski awalnya merasa salah, ternyata tidak. Aku hanya belum mengenal lebih jauh.
Apa yang aku lihat di awal hanyalah kulit luarnya saja. Di dalamnya ada banyak kejutan dan hal baru untuk dicoba. Dan keluarga baru ini telah memberi warna tersendiri dalam kanvas jiwaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Pengalaman Batin di Pulau Dewata

Curhat Kawan: "Kenapa Perempuan Bekerja?"

Perkembangan Teknologi Komunikasi